Mengenal Profil Ida Pedanda Gede Made Gunung



[ X Tutup Iklan]

Salah satu sulinggih (pendeta Hindu) yang tidak asing bagi kita semua adalah Ida Pedanda Gede Made Gunung, umat Hindu di Bali khususnya berduka kehilangan sosok beliau yang telah berpulang pada Rabu, 18/5/2016 pukul 04.45 Wita. Ida Pedanda Gede Made Gunung (63) wafat akibat menderita stroke non hemmorhagik luas, ADHF profil B, ACKD, AF RVR, gagal nafas.

Sosoknya banyak diperbincangkan umat Hindu. Tokoh Hindu yang satu ini dinilai banyak kalangan memiliki pemikiran yang jauh kedepan, trampil dalam “menerjemahkan” tatwa agama dengan bahasa yang jelas dan lugas serta memiliki rasa humor yang tinggi. Pedanda yang dilahirkan di Gria Gede Kemenuh Purnawati ini, seolah – olah mengubah citra Pedanda (Pendeta Hindu) dari sekedar muput karya (memimpin pelaksanaan upacara), menjadi pemberi Dharma Wacana, disamping tentunya juga muput karya. Tidak mengherankan jika wajah beliau acapkali muncul di berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak, untuk memberikan dharma wacana wejangan suci) kepada umat Hindu. Beliau memberikan dharma wacana tidak hanya di Bali, tetapi juga di luar bali seperti Jakarta hingga ke Kalimantan. Beliau juga sempat matirta yatra ke India bersama Dr.Somvir.

Setelah menamatkan SD (1965) di Blahbatuh dan SMPN (1968) di Gianyar, beliau lalu melanjutkan pendidikan ke Taman Guru Atas (1971) di Sukawati. Beliau kemudian bekerja sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gianyar (1972 – 1974), lalu menjadi guru SD di mawang Ubud (1975 – 1983) dan selajutnya pindah ke SD 7 Saba (1987 – 1994). Tahun 1992 beliau sempat mendapat peringkat sebagai guru teladan Kecamatan Blahbatuh. Disela -sela kesibukan sebagai guru, beliau melanjutkan pendidikan di Institut Hindu Dharma (IHD) hingga memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1986. Beliau Madiksa atau menjadi pedanda pada tahun 1994 dan sejak tahun 2002 sampai sekarang beliau menjadi dosen luar biasa di almamaternya di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia, sebutan IHD sekarang.
Selain itu beliau juga aktif dalam kegiatan organisasi sejak akhir tahun 1960- an. Mula – mula dibidang olah raga, menjadi pemain voli seleksi PON Bali, menjadi pelatih karate (sabuk hitam), dan kemudian organisasi keagamaan. Mula – mula beliau aktif di Parisada Hindu Dharma Indonesia ( PHDI) kecamatan Blahbatuh, PHDI Gianyar (1989-1994) PHDI Bali (1994-2001) dan PHDI Bali versi Campuhan (2001-2006) Catatan Sebelum Madiksa Dua tahun sebelum madiksa (menjadi pendeta), beliau sudah mulai membenahi pola pikir, perkataan dan perbuatan sebagai persiapan memasuki dunia kependetaan.

Baca Juga:   Mitos, Etimologi dan Jenis-Jenis Rangda

Suatu hari, kira-kira 4 bulan sebelum madiksa, beliau pergi mengunjungi Rumah Sakit Sanglah untuk melihat mereka yang dirawat disana, beliau ingin merasakan bagaimana kondisi dan penderitaan mereka yang sedang sakit, beliau juga berjalan mengunjungi UGD, mengunjung bangsal- bangsal yang lain hingga berakhir di depan kamar mayat. Setelah itu beliau mengunjungi Rumah Sakit Wangaya untuk tujuan yang sama. Beliau juga mengunjungi Super Market, sekedar untuk melihat bagaimana anak -anak bermain dan menikmati santapan. Disana beliau sempat diikuti oleh satpam, yang barangkali merasa agak janggal karena melihat beliau yang berjenggot, berambut panjang dan menggunakan destar datang ke tempat seperti itu dan seperti dengan tujuan yang tidak jelas. Setelah itu beliau mengunjungi super market yang lain yang baru saja di buka.

Beliau tidak mengunjungi diskotik atau tempat hiburan yang lain karena untuk mengunjungi tempat seperti itu harus membayar terlebih dahulu. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan kepasar burung, mendengarkan kicauan burung dan melihat berbagai jenis peliharaan yang dijual disana. Disamping itu beliau juga pernah ikut menjadi sopir truk mengikut teman beliau yang menjadi sopir truk untuk mengirim pasir dari Klungkung ke daerah lain di Bali. Beliau melakukan itu untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi sopir truk. Setelah beliau merasa sudah cukup,mulailah beliau menyusun program tangkil (menemui) para sulinggih (pendeta) se-Bali. Dalam buku harian beliau, tercatat beliau pernah tangkil kepada 325 sulinggih.
Beliau mengatakan semua itu sebagai persiapan mental untuk memasuki dunia kependetaan. Seperti merintis sebuah bangunan, sebelum memulai membangun seseorang perlu melihat berbagai model bangunan yang ada sebagai perbandingan dalam merencanakan bangunan yang baru. Unsur-unsur yang cocok ditiru, yang kurang cocok dipelajari dan seterusnya. Dan ternyata semua yang beliau dapat dari pengalaman tersebut sangat mendukung tugas- tugas yang harus beliau emban sekarang. Semua bobotnya dari sana. Sebuah contoh sederhana, begitu menjadi Pedanda, banyak orang yang tangkil dan semuanya bermacam-macam. Ada yang halus dan adakalanya agak emosional. Semua harus dihadapi dengan sabar. Tidak mungkin dihadapi dengan kekerasan dan main pukul seperti sewaktu beliau menjadi pelatih karate dulu. Kalaupun sekarang beliau memukul, tidak menggunakan pukulan fisik tetapi pukulan rohani.

Baca Juga:   Penjelasan Lengkap Acintya (Sang Hyang Widhi atau Sang Hyang Tunggal)

Tingkat kerohanian akan berjalan baik apabila didukung oleh pengalaman, mental dan fisik yang kuat.Beliau mengatakan bahwa tujuan utama beliau untuk menjadi Pedanda bukat semata hanya untuk muput yadnya, melainkan senantiasa meningkatkan kualitas kerohanian atau Dharma Agama. Muput yadnya baru dilaksanakan kalau ada orang yang ngaturang, dalam arti kalau ada yang datang diterima kalu tidak ada tidak apa-apa. Seperti air pancuran, ada atau tidak orang yang datang untuk mengambil air, pancurannya tetap akan mengalir.

Biodata Ida Pedanda Gede Made Gunung
Nama (Walaka) : Ida Bagus Gede Suamem
Nama (Diksa) : Ida Pedanda Gede Made Gunung

Tempat/Tanggal Lahir : Geria Gede Kemenuh Purnawati Blahbatuh / 1952

Pendidikan

  • Sekolah Rakyat, Blahbatuh (1965)
  • SMPN Gianyar (1968)
  • TGA Saraswati, Sukawati (1971)
  • IHD Denpasar (sarjana Muda) (1986)

Pengalaman Organisasi

  • GSNI Blahbatuh (1967)
  • Persatuan Bola Volly Blabatuh (1969)
  • DPD Gojukai (Dewan Sabuk Hitam) tahun 1988-1991
  • PHDI Kecamatan Blahbatuh (1974-1989)
  • PHDI Kabupaten Giayar (1989-1994)
  • PHDI Bali (1994-2001)
  • PHDI Bali Campuhan (2001-2006)

Pengalam Kerja

  • PLKB Gianyar (1972-1974)
  • Guru SD 3 Mawang Ubud (1972-1974)
  • Guru SD 3 Pering Blahbatuh (1983-1985)
  • Koordinator Penyuluh Lapangan Agama Hindu Kecamatah Blahbatuh (1985-1987)
  • Guru SD Saba, Blahbatuh (1987-1994)
  • Dosen Luar Biasa Fakultas Usada IHD (2000-2016)

Keluarga :
Istri : Ida Pedanda Istri Raka

Anak

  • Ida Ayu Gede Padmawati Suamem
  • Ida Bagus Made Purwita Suamem
  • Ida Ayu Ketut Puspitawati Suamem
  • Ida Ayu Putu Purnawati Suamem
  • Ida Bagus Made Eka Palguna

Orang Tua :

  • Ida Pedanda Putu Gunung (Ayah)
  • Ida Pedanda Istri Raka (Ibu)

Nama Saudara :

  • Ida Ayu Putu Sari
  • Ida Ayu Putu Kendran
  • Ida Ayu Ketut Raka
  • Ida Bagus Made Mahardika
  • Ida Ayu Gede Suprabawati

Sumber: Bali Post, Bali Tempo Doeloe.



Semoga Bermanfaat





Ngiring subscribe youtube channel Mantra Hindu inggih [klik disini]





Bermanfaat ? Sebarkan ke Keluarga dan Sahabatmu..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

[related_post themes="flat" id="1182"]